Hai Pencinta Batik Nusantara,
Ijinkan kami berbagi pengalaman ya...
Setelah makan nasi jamblang, kami bertemu dengan pengrajin di kota tua, saksi keberagaman budaya di Indonesia.
Ya, di Cirebon inilah berbagai kebudayaan dunia dan lokal bersatu. Kebudayaan Jawa, Belanda, Cina, Hindu dan Islam berpadu disini.
Keluarga besar pak Tri - di rumahnya yang sederhana - menyambut kami dengan keramahan yang luar biasa. Bahkan mereka menyatakan keinginan yang besar untuk datang ke Jakarta.
"Melihat Monas," kata istrinya.
Beberapa bulan kemudian, mereka benar-benar datang ke Jakarta. Kami menyambut mereka dengan donat JCo, makanan yang katanya disukai orang di luar Jakarta.
Kami berbincang lama
Tiba-tiba Pak Tri bertanya, "Bapak, ada informasi lowongan PNS nggak di Jakarta?"
Saya terkejut. "Buat Siapa pak?"
"Untuk adik saya," jelasnya.
"Lho, kenapa nggak bantuin bapak membatik aja?"
"Usaha batik nggak gampang, Pak. Naik turun. Adik saya nggak kuat ngikutinnya."
Memang, kebanyakan orang hanya tahu bahwa batik kembali mengalami masa keemasannya selama beberapa tahun terakhir.
Tetapi tahukah Anda, kondisi batik di era sebelum tahun 2000-an?
Harga bahan batik melonjak. Minat batik tulis/cap menurun drastis.
Pengusaha batik besar mengakalinya dengan mencetak batik print yang dikerjakan dengan mesin. Sementara, pengrajin kecil seperti pak Tri hanya bisa gigit jari.
Mengurangi produksi dan karyawan.
Makan seadanya. Pusing memikirkan sekolah Anaknya.
Sejak percakapan itu, kami bertekad untuk hanya menyediakan batik yang dibuat oleh pengrajin kecil.
Pengrajin kecil yang setia dengan proses membatik yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
Batik Tulis dan Cap.
Ayo kita bantu mereka.
Hanya pencinta batik sejati yang mampu membantu mereka. Kita.
Salam batik
Tiana dan seluruh team di http://BatikIndonesia.com
Jl. Laut Banda, Duren Sawit, Jakarta, DKI 13430, INDONESIA
| To unsubscribe or change subscriber options visit: http://clients.profollow.com/z/r/?jMxsjEycrLQsnMwsrJxMnLRmtBzszCycbAw= |
